Hai semuanya, apa kabar? Kali ini saya mau bahas tentang Linux dengan ukuran instalasi yang kecil. Juga mungkin bisa disebut Minimal Server Appliance. Minimal server appliances maksudnya adalah sistem yang dirancang untuk dapat dijalankan dengan resource seminimal mungkin.
Saya cari-cari di Internet dan menemukan salah satu distribusi Linux paling ringan. Yaitu TinyCore (gambar 1).
gambar 1 – file .iso
gambar 2 – situs web TinyCore
Project ini nampaknya merupakan project yang sudah lama. Terlihat tulisan tahun 2008 pada bagian bawah situs web (gambar 2). Sepertinya untuk pengujian kali ini hanya untuk iseng dan ngoprek saja ya bukan untuk diterapkan di server produksi. Karena, dari webnya saja belum menerapkan HTTPS (atau mungkin SSL/TLSnya habis hehe). Mungkin untuk distribusi Linux-minimal yang lebih serius akan saya bahas di lain waktu.
gambar 3 – situs web TinyCore
Ada tiga pilihan “rasa” yang ditawarkan oleh TinyCore ini. Yaitu (dapat dilihat pada gambar 3)
- Core-17 MB. Hanya CLI dan sangat basic. Kurang direkomendasikan untuk pengguna yang masih awam.
- TinyCore-23 MB. Dilengkapi dukungan untuk koneksi secara wired/ethernet. Paket ini juga sudah memiliki GUI. Paket ini yang saya akan coba di pengujian kali ini.
- CorePlus-248 MB. Dilengkapi dukungan untuk koneksi secara wireless/nirkabel. Paket ini lebih disarankan untuk pengguna awam. Paket ini juga mendukung non-standard (US) keyboard layout, juga dilengkapi berbagai tools lain.
Saya unduh file .iso-nya di komputer pribadi. Kita coba untuk unggah ke Proxmox VE (ya, artikel ini ada kaitannya juga dengan Proxmox hehe). Gambar 4 menampilkan menu unggah file .iso dari menu storage>ISO Images>Upload. Gambar 5 menampilkan proses unggah file .iso yang sedang berjalan.
gambar 4 – mengunggah file .iso
gambar 5 – proses unggah file .iso
Selanjutnya, kita bisa melakukan pembuatan VM baru (cek kiriman saya yang lain) dengan klik tombol Create VM (gambar 6). Prosesnya mirip seperti membuat VM pada umumnya (gambar 7). Untuk pengujian kali ini, saya atur memori sebesar 500 MiB dan Disk sebesar 2 GiB.
gambar 6 – tombol Create VM
gambar 7 – konfigurasi saat membuat VM
Gambar 8 menampilkan halam konfirmasi sebelum membuat VM. Pastikan konfigurasi sesuai dengan yang teman-teman inginkan. Gambar 9 menampilkan VM baru telah dibuat. Mulai VM yang baru dibuat dengan menekan tombol Start Now (gambar 10).
gambar 8 – VM sudah berhasil dibuat
gambar 9 – mulai VM
Gambar 10 menampilkan tampilan saat VM TinyCore dijalankan. Pilih opsi pertama (Boot TinyCore). Kemudian gambar 11 merupakan tampilan desktop dari TinyCore. Saat pengujian yang saya lakukan, proses ini tidak sampai satu menit. Sangat cepat.
gambar 10 – tampilan awal TinyCore
gambar 11 – dekstop TinyCore
Kemudian saya mau cek jaringan, apakah terhubung (bridged ke Proxmox yang menggunakan Ethernet) dan ternyata terhubung (gambar 12).
gambar 12 – ping
Terus, saya mau eksplor lebih jauh di OS ini. Wah, susah. Saya mau coba pasang aplikasi/update repositori dengan perintah apt install
, apt update
dan gak bisa. Gerakin pointer juga susah. Lag dan terlalu cepat sekaligus hehe. Kayanya OS yang satu ini bukan untuk pengguna umum deh. Di kiriman berikutnya mungkin saya mau coba OS lain.
OS TinyCore ini menurut situs webnya berjalan di RAM. Dan apabila dimulai ulang (restart) data akan terhapus dan kembali ke pengaturan awal.
Jadi, kesimpulannya percobaan kali ini cukup memberi pengalaman baru bagi saya. Ternyata ada distribusi Linux, installer cuma 23-an MB tapi sudah dengan GUI. Juga pengalaman yang kurang menyenangkan saat eksplor atau menggunakan OS ini hehe.
Sekian yang saya bagikan kali ini. Bye~
Linux small package seperti ini cocok untuk keperluan recovery sistem atau pengecekan sistem
Thanks informasinya Pak