Hai semuanya, apa kabar? Kali ini kita akan coba salah satu fitur yang penting banget di sistem virtualisasi multi-server, yaitu Live Migration. Salah satu fungsinya adalah untuk menjaga agar VM tetap berjalan ketika ada sesuatu (misalnya perawatan rutin atau pergantian komponen) pada server yang mengharuskan server dimatikan terlebih dahulu. Jadi, VM dipindahkan terlebih dahulu ke server lain yang masih aktif, tapi migrasinya ini dalam keadaan hidup. Sehingga layanan atau aplikasi yang berada pada VM masih dapat berjalan.
Syarat umum untuk dapat melakukan live migration di XCP-ng juga mirip dengan Proxmox VE. Yaitu sudah di-set cluster/pool multi-server dan juga menggunakan shared storage. Pada pengujian kali ini, saya sudah menyiapkan pool yang berisi tiga server. Dan storage yang akan digunakan pada pengujian live migration adalah NFS.
Persiapan Storage
VM yang akan kita gunakan untuk pengujian live migration adalah VM Oreon Linux yang pernah ditulis pada blog post sebelumnya.

Tapi, kita lihat lagi. VM ini ternyata masih menggunakan local storage. Nah, ini juga yang merupakan kesalahan saya. Sebelumnya, saya menambahkan NFS tapi di-set sebagai NFS-ISO, sehingga tidak dapat digunakan sebagai penyimpanan VM.

Kita coba tambahkan ulang NFS storage-nya. Dari halaman awal XOA, pilih menu New> Storage. Pilih Host-nya, lalu pilih juga jenis storage-nya (Select storage type).

Pada opsi jenis storage, pilih NFS.

Sesuaikan parameternya. Misalnya alamat IP dari NFS, dan juga path-nya. Apabila konfigurasi sudah selesai dan ingin melanjutkan proses penambahan NFS, pilih tombol Create.

Gambar di bawah ini menampilkan NFS yang sudah berhasil ditambahkan.

Migrasi Disk VM Lokal ke NFS
Selanjutnya, buka kembali halaman VM. Selanjutnya akan kita migrasikan disk-nya ke NFS.

Pilih tombol Migrate Disk lalu pilih tujuan disk-nya (NFS).

Proses migrasi disk dapat dipantau melalui halaman Tasks.

Apabila proses migrasi disk sudah selesai, kita coba cek kembali halaman VM. Pada gambar di bawah kita bisa lihat bahwa VM sudah menggunakan NFS sebagai SR (Storage Repository)-nya.

Proses Live Migration
Dari halaman VM, pilih tombol Migrate. Kemudian kita pilih tujuannya, VM ingin dipindahkan ke serverr/host mana. Misalnya kita akan pindahkan ke 172. Pastikan juga destination-nya di-set NFS. Pilih tombol OK untuk melanjutkan proses migrasi.

Proses migrasi dapat dipantau melalui halaman Tasks.

Apabila proses migrasi sudah selesai, kita cek kembali pada menu VM. Dapat kita lihat pada gambar di bawah, VM tersebut sudah berada di 172 (cek pojok kiri atas),

VM berhasil pindah. Untuk melihat “pengujian yang lebih terbukti”, bisa juga melakukan pengujian migrasi VM-nya sambil melakukan task tertentu pada VM yang sedang dimigrasikan. Misalnya, melakukan ping dari/ke VM tersebut.
Penutup
Proses live migration yang dilakukan pada pengujian kali ini berhasil. Tujuan dari live migration adalah menjaga service pada VM agar tetap berjalan meskipun ada gangguan atau hal lain yang terjadi pada server (seperti maintenance/service). Proses migrasi ini setidaknya perlu dua buah server yang sudah tergabung ke dalam pool, dan juga menggunakan shared storage (misalnya NFS).
Untuk tulisan kali ini sampai di sini dulu ya. Sampai jumpa. Bye.