Linux dan Open Source (personal story and opinion)

Open source. Dari dahulu saat zaman SD sebenarnya sudah pernah mendengar istilah ini pada mata pelajaran TIK/Komputer. Intinya, dulu yang saya tangkap (dan kebanyakan materi di buku komputer yang pernah saya baca) sistem operasi berbasis open source=Linux, closed source=Windows, Macintosh. Dimana open source artinya sumber terbuka dan closed source artinya sumber tertutup (literally).

Open Source Initiative.svg
By Colin Viebrock – Own work using: https://opensource.org/osi-logo-files/, Public Domain, Link

Dan juga terkadang yang saya sering temui yaitu poin plus atau kelebihan dari sistem operasi berbasis Linux adalah lebih aman dari serangan virus. Saya dulu berpikir mungkin saja yang membuat Linux lebih aman dari serangan virus adalah karena mayoritas komputer desktop menggunakan Windows dibandingkan dengan Linux. Ibarat “ngapain juga hacker bikin virus Linux kalo yang pake Linux juga sedikit”.

Saya pertama kali hands-on sistem operasi berbasis Linux saat SMP. Waktu itu saya salah melakukan partisi dan menghapus keseluruhan disk saya. Dan saya coba pakai Ubuntu. Rasanya aneh, karena yaa cukup jauh berbeda dengan Windows. Baik tampilan juga cara kerjanya. Gak lama saya pakai Linux karena saya balik pakai Windows lagi.

Ketemu Linux lagi di perkuliahan D3. Kali ini karena ada beberapa mata kuliah yang mengharuskan mempelajari Linux. Pada masa ini, lumayan banyak yang saya pelajari tentang Linux. Misalnya berbagai perintah pada command line. Dulu materi yang saya cukup bingung adalah tentang hak akses file, seperti chmod dan sejenisnya. Ada juga mata kuliah jaringan komputer dimana saya belajar cara buat server sederhana (seperti DHCP, DNS, Mail, Database dan lain-lain). Kemampuan saya di mata kuliah ini (Sistem Operasi Jaringan Komputer) gak bagus-bagus banget. Cuma dapat C.

Di perkuliahan juga saya hanya pakai Linux menggunakan VM. Saya lupa apa pernah dual boot juga atau nggak. Tapi saat itu saya hampir selalu pakai Windows sehari-hari.

Di pekerjaan sekarang (Excellent) saya banyak belajar tentang Linux. Bahkan untuk pekerjaan, OS utama yang saya gunakan yaitu Linux. Saat tulisan ini dibuat, saya sedang menggunakan Pop!_OS. Sebelumnya pernah cukup lama menggunakan Zorin OS dan Linux Mint.

Balik lagi ke topik di paragraf awal. Saya pernah kepikiran, kok bisa sih open-source dimana (pikiran saya) “kodenya bisa dilihat orang” tapi memiliki poin plus yaitu “aman”. Kurang make sense (diluar alasan minimnya pengguna Linux desktop). Ternyata, makin saya belajar (gak belajar banget sih, pengen tau aja) maksudnya open source bisa dibilang lebih aman karena apabila terdapat kelemahan atau kerentanan pada kode yang ada, maka komunitas Linux dapat mengetahuinya dan membuat celah keamanan tersebut bisa diatasi/patched dengan lebih cepat.

Dimana hal ini tidak dapat terjadi pada program atau sistem yang memiliki sistem closed source. Dimana kodenya yaa hanya mereka saja (tim developer) yang bisa mengetahuinya. Yang memperbaiki juga mereka juga. Berbeda dengan Linux dimana semua orang bisa berkontribusi dalam pengembangan sistem/aplikasi Linux.

Juga terkait sebutan open source, ketika ada kasus data breach di Indonesia terkadang ada beberapa netizen yang bercanda mengatakan “Indonesia negara open source” dimana (mungkin) refers to keamanan data yang kurang sehingga bisa diakses pihak yang tidak bertanggung jawab. Yaa kalau “open source” yang proper mah gak gini lah yaa hehehe.

 

 

 

Leave a Comment