Dua pekan lalu (sebelum saya jalan-jalan ke Jonggol), saya beli SSD baru buat di laptop saya. Kapasitas SSD 512 GB bawaan sepertinya kurang leluasa apalagi kadang saya suka buat VM di Linux. Saya juga masih pakai Windows, jadinya ingin dibagi saja. Satu disk untuk Windows, disk lain untuk Linux.
Saya beli SSD baru yang sama-sama 512 GB. Hal yang perlu dilakukan diantaranya adalah clone isi SSD. Saya ingin menggunakan SSD baru untuk Windows dan SSD lama untuk Linux. Alokasi disk saya dulu seperti ini:
Alokasi ukuran Linux yang saya terapkan memang terlalu kecil, 150 GB untuk (terkadang) dibikin VM. Padahal, saya pakai Linux untuk kerja. Bisa juga sih, atur ulang alokasi size-nya tapi lebih leluasa kalau beli SSD lagi.
Untuk proses clone Windows berjalan dengan lancar, dan dapat dijalankan pada SSD baru. Masalah datang saat saya coba clone dan pindahkan data Linux saya (digeser ke awal disk. Karena gak bisa langsung di-extend karena Linux berada di sebelah kanan).
Beberapa kali saya coba tetap saja gagal. Dan pada akhirnya bahkan saya gak bisa akses Zorin saya (tapi data personal masih ada).
Saya pikir-pikir, sekalian aja deh coba distro lain. File kerjaan masih bisa diakses di group chat. Pilihan saya jatuh ke Pop!_OS, salah satu distro yang banyak dibilang “user friendly”.
Ada beberapa kendala yang saya alami saat instalasi Pop OS, diantaranya adalah partisi. Ada yang perlu dikonfigurasi, karena saya tidak ingin full install Pop OS ini di disk karena masih ada file Zorin saya. Ada partisi yang perlu dibuat diantaranya adalah EFI dan Root.
Partisi EFI digunakan untuk bootloader (tidak besar, alokasi hanya ~1 GB), lalu partisi Root dengan format ext4 sisanya. Saya tidak buat partisi swap.
Akhirnya bisa juga.
Saya sempat coba tulis beberapa perbedaan atau kendala yang saya alami saat pakai Pop OS, tapi hilang filenya. Hmm sayang sekali.
Itu dulu tulisan saya kali ini. Sampai jumpa di tulisan lainnya. Bye.