Sejak beberapa pekan lalu, saya pengen coba motoran ke suatu tempat. Yang gak begitu jauh. Kandidat tujuan saya diantaranya adalah Kedai Ki Demang – Jonggol dan Situ Wanayasa – Purwakarta. Tapi akhirnya saya pilih Jonggol biar gak terlalu jauh dari rumah (~70 km vs ~90 km).
Saya berangkat di tanggal 15/09. Sempet mau berangkat Sabtu tapi ada jadwal kuliah, geser aja deh besoknya baru berangkat. Saya berangkat agak kesiangan, sekitar jam 7:50 baru berangkat. Ada dua pilihan jalan ke arah Jonggol, yaitu via Jalan Raya Setu (yang sudah sering saya lewati, termasuk pada tulisan ini) dan juga lewat Cibarusah. Awalnya saya mau coba berangkat via Cibarusah, tapi sehubungan saya sudah kesiangan, jadi saya pilih jalur yang familiar saja.
Perjalanan cukup lancar dan masih belum terlalu panas. Saya kurang ingat kondisi detail lain, karena saya tulis blog ini H+4 jadi mulai agak lupa.
Salah satu “kelemahan” saya adalah gak terlalu tahan dari ngantuk. Biasanya bisa “siaga” hanya 1 jam hingga 2 jam berkendara sebelum mulai ngantuk. Sepanjang perjalanan Cibitung-Cileungsi (bahkan mungkin ke tujuan akhir) saya sering ngomong sendiri dan cukup efektif menjaga saya tetap siaga. Dan juga ngomong sendirinya (mungkin sok-sokan) pake bahasa Inggris. Yaa lumayan buat latihan juga hehe.
Sampai juga di Metland Cileungsi, perbatasan Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Bogor. Sayangnya disini gak ada tugu penanda perbatasan. Kurang gimana gitu.
Jalan di sekitar sini kurang bagus (bahkan bisa dibilang cukup hancur). Saya lihat tangki bensin saya sudah setengah dan saya memutuskan untuk isi bensin terlebih dahulu di Pom Bensin Kerang.
sempet ditanyain petugas shell kurang lebih gini “baru berangkat atau pulang mas?” . mungkin saya dikira masuk kerja kali ya hohoho
Tangki bensin penuh, lanjut perjalanan. Perjalanan “biasa saja” sampai Cileungsi. Di persimpangan yang ada flyovernya, saya ambil kiri ke arah timmur (Jonggol). Saya baru kali ini motoran ke arah Jonggol. Salah satu faktor yang “menarik” saya untuk mengunjungi tujuan saya adalah kadang teman-teman gowes saya juga gowes ke arah Jonggol. Dan biasanya foto di “landmark”-nya yaitu Tugu Tegar Beriman Jonggol.
Gak terlalu jauh ke arah timur dari persimpangan, saya melihat papan dari tempat yang cukup ikonik (dan nostalgic) untuk saya. Yaitu Taman Buah Mekarsari. Beberapa kali pernah dengar desas-desus bahwa tempat ini sudah tidak beroperasi lagi. Tapi ternyata masih beroperasi dan saya lihat masih banyak juga pengunjungnya.
Dulu saat SD kalau tidak salah saya pernah dua kali berkunjung ke Taman Buah Mekarsari. Sekitar tahun 2006 dan 2008 seingat saya. Udah lama banget.
Lanjut perjalanan. Sekitar lima kilometer kemudian ada yang menarik perhatian saya. Di sisi kanan jalan (selatan) ada danau. Namanya Situ Tunggilis. Di seberangnya juga ada persawahan.
Lanjut lagi perjalanan. Di jalur ini saya lihat ternyata cukup banyak perumahan mewah. Di jalur ini juga cukup ngeri karena gak jarang juga truk-truk besar yang melalui jalur ini. Beberapa kali juga sempat terjadi kepadatan, namun bukan macet parah.
Sekitar enam kilometer dari Situ Tunggilis, akhirnya saya sampai di landmark/checkpoint. Yaitu Tugu Tegal Beriman- Jonggol.
Sejauh ini saya belum ngantuk. Mungkin karena ini rute baru bagi saya, jadinya gak ngantuk. Di tugu ini saya sempat bingung mau lewat jalur mana. Ada dua pilihan saat saya cek Maps. Yaitu lanjut ke arah timur (jalan raya yang tadi) atau ke arah Selatan. Akhirnya saya memutuskan ambil jalur selatan.
Mulai ke arah selatan, jalan lebih kecil daripada jalan raya tadi. Dan juga mulai menanjak. Banyak juga percabangan ke berbagai tempat wisata. Saya cukup menikmati perjalanan ini karena rute ini adalah hal yang baru bagi saya. Banyak view yang menarik.
Banyak juga wisatawan yang melewati daerah ini. Gak jarang juga melihat yang ingin mendaki.
Beberapa kilometer sebelum tempat tujuan, saya lihat kok orang lain (mostly-bahkan hampir semuanya) gak lewat rute yang sama dengan saya. Saya pikir mungkin mereka bukan ke Ki Demang tujuannya. Saya pun tetap menggunakan rute yang diarahkan Maps.
Ternyata jalannya cukup ekstrim. Tanjakan dan jalannya lumayan kecil. Motor Beat 110 saya cukup kesulitan melewati rutenya. Saya sesekali lihat spion, lah gak ada orang di belakang. Kayanya ini rute bukan rute utama, tapi rute alternatif.
Beberapa kilometer kemudian tiba juga di gerbang tujuan. Ternyata benar saya lewat bawah, dimana rutenya bukan rute utama. Pantas saja sepi.
Sampai di lokasi sekitar pukul 10:30. Akhirnya sampai juga. Lokasi restonya persis di belakang gunung batu. Saya lihat sudah cukup banyak didatangi pengunjung. Termasuk beberapa pesepeda. Untuk tulisan kali ini sampai disini dulu ya. Sampai jumpa. Bye.