Hai semuanya, apa kabar. Kali ini saya mau nulis tentang tahapan instalasi Debian. Saya pilih Debian karena sekalian untuk Proxmox VE juga (another testing project) dan juga Debian merupakan distribusi Linux yang menjadi basis dari banyak sekali distribusi Linux yang ada di dunia, contohnya adalah Ubuntu.
Debian sendiri bukanlah rolling release atau distribusi yang sering memberikan update. Melainkan “stable” release yang artinya distribusi ini lebih mementingkan stabilitas sistem yang digunakan daripada fitur-fitur yang “kekinian”.
Update dari Debian sendiri tidak memiliki jadwal tetap, namun berdasarkan update terakhir, Debian rilis sekitar dua tahun sekali. Versi sekarang (Debian 12-Bookworm) rilis pada Juni 2023 dan rilis sebelumnya (Debian 11-Bullseye) rilis pada Agustus 2021. Penamaan (codename) dari Debian menggunakan nama karakter pada film Toy Story.
Untuk pengujian instalasi ini saya lakukan pada VirtualBox. File instalasi Debian bisa didapatkan dari link ini (official site dari Debian). Saya gunakan instalasi NetInstall (small installation image) yang file instalasinya berukuran kecil, ~500-600MB.
Setting up VM di VirtualBox tidak saya tulis yaa, langsung ke instalasi Debian saja. Gambar 1 menampilkan tampilan awal ketika ingin melakukan instalasi Debian. Terdapat beberapa pilihan namun untuk pengujian kali ini kita gunakan pilihan pertama yaitu Graphical Install yang artinya proses instalasi akan ditampilkan berupa GUI, bukan CLI.
gambar 1
Tahapan selanjutnya adalah pemilihan bahasa dan wilayah. Ada beberapa halaman. Gambar 2 merupakan salah satu contoh tampilan ketika memilih bahasa yang akan digunakan dalam proses instalasi.
gambar 2
Tahapan selanjutnya adalah seperti pada gambar 3, yaitu konfigurasi region dan akun seperti menentukan lokasi, hostname, username&password, domain, zona waktu. Untuk domain bisa saja domain asal misalkan kalian tidak punya domain asli.
gambar 3
Selanjutnya adalah konfigurasi partisi. Mungkin bisa dibilang tahapan ini adalah dimana banyak pengguna pemula yang bingung. Apalagi kalau instalasinya langsung tanpa VM. Takut salah gunakan partisi. #curhat , dulu pas SMP saya pernah hapus partisi Windows sehingga data hilang. Kemudian saat itulah saya coba Ubuntu pada komputer saya pertama kalinya hehehe.
gambar 4
Balik lagi ke pengujian. Sebenarnya sesuaikan juga dengan partisi teman-teman. Apakah teman-teman menggunakan VM juga seperti saya atau langsung pada komputer. Agar lebih mudah, kita bisa pilih opsi Guided – use entire diskĀ (gambar 4) agar terdapat “panduan” saat instalasinya agar lebih mudah.
gambar 5
Tahapan selanjutnya kita lihat pada gambar 5. Pertama, kita pilih disk yang ingin digunakan. Pada pengujian kali ini hanya ada satu disk yang tampil karena saya menggunakan VM dan hanya menggunakan satu virtual disk.
Kemudian pilih jenis partisi yang ingin diterapkan (gambar 5-2). Apakah standar (semua direktori pada partisi yang sama) atau beberapa direktori diletakkan pada partisi yang berbeda. Untuk pengguna awam (seperti saya hehe) lebih mudah menggunakan opsi 1 yaitu All files in one partition (oleh Debian juga disarankan untuk pengguna baru).
Selanjutnya, periksa konfigurasi yang dipilih (gambar 5-3). Apabila sudah sesuai, pilih Finish partitioning… > Continue untuk melanjutkan proses instalasi. Namun apabila belum, pilih Undo changes untuk ubah konfigurasi.
gambar 6
Selanjutnya tampilan seperti gambar 6. Isi dari tampilannya mirip dengan gambar 5-3 yang isinya konfirmasi konfigurasi yang dipilih. Pilih Yes > Continue untuk melanjutkan proses instalasi.
Setelah tahap pada gambar 6, installer akan melakukan proses pemasangan base-system yang membutuhkan waktu beberapa saat (pada pengujian yang saya lakukan, proses ini membutuhkan waktu sekitar dua menit).
gambar 7
Selanjutnya akan tampil jendela yang memberikan kita opsi untuk memindai apakah ada media instalasi lain yang hendak kita gunakan (selain .ISO installer untuk instalasi sistem Debian). Kita bisa lewati tahap ini dengan memilih No>Continue.
gambar 8
Tahapan selanjutnya adalah memilih lokasi dan server yang akan digunakan sebagai mirror untuk repositori. Saran: pilih server yang lokasinya cukup dekat dengan kita. Pada gambar 8, lokasi mirror ada Debian, Surabaya, dan Banyuwangi. Saya pilih Surabaya (PENS).
gambar 9
Selanjutnya ada halaman untuk konfigurasi proxy. Tahap ini bisa dilewati apabila kita tidak ingin melakukan konfigurasi/tidak memiliki proxy server untuk digunakan (gambar 9). Selanjutnya sistem akan melanjutkan proses instalasi (konfigurasi package manager).
gambar 10
Selanjutnya (gambar 10) ada prompt yang isinya adalah menanyakan apakah kita ingin berpartisipasi dalamĀ survei package populer yang digunakan pada OS yang datanya akan diberikan kepada developer Debian. Pilih No>Continue apabila teman-teman tidak ingin berpartisipasi.
gambar 11
Pada gambar 11 menampilkan tahapan selanjutnya. Karena pada pengujian ini menggunakan minimal .ISO, mungkin tahap ini tidak muncul di jenis .ISO lain. Pada tahapan ini teman-teman bisa pilih DE (desktop environment) dan service apa saja yang ingin digunakan/dipilih. Pada pengujian ini saya pilih XFCE untuk DE-nya dan tiga opsi terbawah (web&SSH server, standard system utilities).
gambar 12
Selanjutnya menampilkan pilihan apakah kita ingin memasang GRUB bootloader atau tidak (gambar 12-1). Bootloader dapat dikatakan berfungsi sebagai pengatur/jembatan antara OS dan hardware. Bootloader berperan juga untuk memilih dan loading (memuat) sistem operasi yang akan kita gunakan. Saya memilih opsi Yes untuk tahap ini. Selanjutnya pilih disk yang digunakan untuk lokasi instalasi GRUB (gambar 12-2).
gambar 13
Gambar 13 menampilkan proses instalasi sudah selesai. Pilih tombol Continue untuk menyelesaikan instalasi (memulai ulang/reboot) dan pastikan untuk unmount atau melepas media instalasi (dalam hal ini file .ISO/USB drive yang digunakan untuk instalasi) agar bisa masuk ke sistem yang baru diinstal instead of masuk kembali ke menu installer.
gambar 14
Saat komputer (lebih tepatnya VM in my case) dinyalakan kembali, terdapat tampilan GRUB bootloader. Pilih Debian untuk melanjutkan masuk ke sistem. Gambar 15-1 menampilkan login screen untuk masuk ke sistem. Gunakan kredensial yang dibuat pada saat instalasi. Gambar 15-2 menampilkan tampilan desktop dengan DE XFCE. Tampilan akan berbeda tergantung dengan DE yang teman-teman pilih.
gambar 15
Tampilan desktop dari XFCE ini terlihat sederhana dan klasik. Dengan gambar latar belakang warna biru kehijauan dengan logo Debian ditengahnya.
Gimana? Instalasi Debian termasuk gampang atau sulit bagi teman-teman? Coba share pengalaman teman-teman saat coba instalasi OS Linux, siapa tau bisa jadi cerita menarik atau bahan diskusi. Sampai jumpa di tulisan lainnya, bye~