Hai semuanya, apa kabar? Kali ini yuk kita coba migrasi VM di Proxmox VE dengan memanfaatkan fitur yang kemarin kita konfigurasi (shared storage). Kita coba buat sebuah VM dan menguji fitur migrasinya.
gambar 1
Pada pengujian kali ini, kita coba gunakan distro lain, yaitu Slax Linux. Saya juga pengen tau sekilas tentang distro ini. File .iso bisa kita dapat di situs resmi Slax Linux di www.slax.org (gambar 1). Slax tersedia dalam dua varian, yaitu varian berbasis Slackware dan berbasis Debian. Pada pengujian kali ini kita akan gunakan yang berbasis Debian. Pada gambar 1, pilih tombol Get Slax Today atau gulir ke bawah hingga terdapat pilihan varian Slax Linux. Pilih versi yang teman-teman ingin gunakan (untuk pengujian kali ini kita pakai yang Debian ya)
Pilih juga versi yang ingin digunakan. Tersedia versi 64 bit dan 32 bit. Pada pengujian kali ini saya menggunakan yang versi 64 bit. Gambar 2 menampilkan step by step pengunduhannya. File .isonya kecil, tidak sampai 500 MB (hanya 400an MB)
gambar 2
Kemudian, apabila sudah selesai diunduh, unggah file .iso tersebut ke shared storage yang baru kita konfigurasi. Pada pengujian kali ini, saya menggunakan menu shared storage dari node 2. Pilih shared storage > ISO Images > Upload. Pilih file .iso Slax Linux dan tekan Upload untuk melanjutkan (gambar 3). Gambar 4 menampilkan file .iso Slax Linux berhasil diunggah.
gambar 3
gambar 4
Selanjutnya, buat VM baru untuk Slax Linux tersebut. Ada yang perlu diperhatikan, pada Disks tab, pilih shared storage pada pilihan storage. Gambar 5 menampilkan konfigurasi dasar untuk membuat VM. Oiya, perlu diperhatikan juga. Saat pengujian yang saya lakukan, saya memilih interface Intel E1000 instead of VirtIO (default). Karena saat saya pakai VirtIO, tidak bisa terhubung ke jaringan. Pengaturan network adapter ini bisa diatur pada saat konfigurasi VM (Network Tab) atau bisa juga diubah setelah VM berhasil dibuat (pada menu Hardware- gambar 6).
gambar 5
gambar 6
Pada gambar 7, kita bisa lihat VM yang kita buat sudah berhasil muncul pada node 2. Kita mulai VM tersebut, dan gambar 7 juga menampilkan tampilan awal ketika VM dijalankan.
gambar 7
Menunggu beberapa saat dan gambar 8 menampilkan tampilan desktop dari Slax Linux. Tidak ada instalasi seperti pada distro yang pernah saya coba sebelumnya, bisa langsung pakai seperti TinyCore Linux.
gambar 8
Selanjutnya kita coba lihat penggunaan Slax Linux, apakah benar-benar ringan. Keadaan pengujian masih belum membuka aplikasi. Masih fresh baru dinyalakan. Buka menu dengan menekan tombol pada pojok kiri bawah layar Slax dan pilih Task Manager. Pada gambar 9 kita bisa lihat penggunaan CPU hanya 1% dan penggunaan RAM hanya 255 MB. Sangat ringan.
gambar 9
Kemudian, kita cek koneksi/jaringan seperti cek alamat IP atau MAC. Kita bisa gunakan menu Net Manager seperti yang ditampilkan pada gambar 10.
gambar 10
Kemudian kita juga bisa melakukan perintah ping dan membuka situs web (testing jaringan) seperti pada gambar 11.
gambar 11
Selanjutnya, dengan perintah ping yang masih berjalan, kita lakukan migrasi ke node lain. Pada pengujian kali ini, Slax Linux sedang berjalan menggunakan node 2. Kita akan coba pindahkan ke node lain. Kali ini kita coba pindahkan ke node 3. Pada menu atau daftar VM, klik kanan dan pilih Migrate. Kemudian pilih node tujuan (gambar 12). Pada gambar 12, kita juga bisa lihat tulisan Mode: Online. Artinya, migrasi akan dilakukan sembari menjaga VM tetap hidup. Dengan menjalankan perintah ping, harapannya adalah kita cek ketika migrasi selesai, apakah fungsi ping sempat mati atau tidak saat proses migrasi berlangsung.
gambar 12
Pilih Migrate (gambar 12) untuk melanjutkan proses migrasi. Pada pengujian yang saya lakukan, migrasi berhasil dilakukan dengan membutuhkan waktu selama 21 detik (gambar 13) dan mengalami downtime sangat singkat (117ms). Pada gambar 13 juga kita bisa lihat bahwa VM sudah berpindah ke node 3.
gambar 13
Kemudian, bagaimana dengan perintah ping yang kita jalankan tadi? Mari kita cek. Pada gambar 14 kita bisa lihat bahwa perintah ping tidak mengalami packet loss (0% packet loss) walaupun pada gambar 13 tertera sempat downtime selama 117ms. Waktu yang sangat singkat sehingga mungkin tidak disadari oleh sistem Slax.
gambar 14
That’s it. Kita berhasil melakukan pengujian live migration pada VM. VM berhasil dimigrasi tanpa mengalami downtime yang “berarti” (hanya dalam hitungan milidetik). Live migration ini berguna untuk perusahaan apabila memiliki banyak server, dan salah satu server mengalami kendala dan VM harus dipindahkan ke server lain namun VM harus tetap menyala. Untuk tulisan kali ini segitu dulu aja ya, see you in next post. Bye~