Lebaran tahun 2025 ini saya pergi mudik ke daerah Tasik. Tapi kali ini ada “member baru” yang ikut mudik (baca: toddler).
Saya dan keluarga berangkat tanggal 1 April atau H+1 lebaran sekitar pukul 10 pagi. Kondisi jalan saat itu masih padat ternyata, baik jalan tol maupun jalan biasa (Pantura). Saya pun memutuskan untuk lewat jalan biasa saja, sambil melihat lalu lalang pemudik juga.
Namanya musim mudik, salah satu hal yang biasa terjadi adalah banyaknya u-turn yang ditutup. Saya ambil rute yang saya pikir bisa lebih cepat, tapi ternyata di persimpangan tinggal lurus (Jl. Surotokunto ke Jl. Raya Klari) tapi jadi perlu memutar dengan cukup jauh.
Akhirnya saya tetap masuk tol, kalau gak salah lewat gerbang tol Karawang Timur. Jalan tol Jakarta Cikampek masih padat namun tidak stuck macetnya. Karena sudah waktu Dzuhur, kami berniat untuk mampir dulu di TIP (Tempat Istirahat dan Pelayanan/Rest Area) KM 57. Ngantri panjang. Sepertinya bakal panjang banget, karena KM 57 sebelum Simpang Susun Dawuan sehingga pemudik arah Bandung dan Jawa Tengah masih bergabung di ruas tol ini.
Dua lajur paling kiri (plus bahu jalan) penuh sekali, saya pun ambil kanan dan melanjutkan perjalanan. Istirahatnya nanti saja di TIP selanjutnya (KM 72). Benar saja, macet di lajur paling kiri karena banyaknya pengendara yang ingin masuk ke TIP KM 57. Setelah TIP KM 57 cenderung lancar.
Akhirnya sampai juga di TIP KM 72A. Masih bisa masuk, tidak sepadat TIP KM 57. Mungkin karena sudah lebih “terurai” pemudiknya. Tapi, untuk antrian toilet sangat panjang. Salah satu “tips” untuk mengatasi hal ini (yang mana belum tentu bisa diterapkan di berbagai kondisi) karena bisa dibilang waktu saya di TIP KM 72 adalah waktu makan siang, apabila ingin ke toilet DAN juga ingin sekalian makan siang, langsung saja ke tempat makan yang ada toiletnya. Toiletnya cenderung lebih sepi daripada toilet umum TIP.
Perjalanan ke Bandung bisa dibilang cukup ramai dan sesekali tersendat. Saat itu sempat hujan deras juga. Kontur jalan Tol Cipularang ini banyak naik turunnya, beda dengan tol Jakarta-Cikampek yang cenderung rata. Untuk TIP terakhir sebelum arah Bandung (dari Jakarta) ada di TIP 88A (sisi timur). Jadi kalau ada yang ingin “doing the business”, disarankan mampir dulu karena TIP selanjutnya ada di KM 147 arah Cileunyi (masih jauh banget).
Perjalanan kali ini (sampai Tol Padaleunyi: Padalarang-Cileunyi) cukup lancar. Jalanannya juga sudah cenderung rata (tapi banyak jembatan) dan sudah tiga lajur juga. Saya memutuskan untuk istirahat dulu di TIP KM 147.
Di KM 147 ini cukup banyak yang berhenti, dan TIP KM 147 ini areanya bisa dibilang cukup kecil. Jadi spot parkir adalah something precious disini. Kami beristirahat sekitar satu jam disini.
parkiran padat
Bisa dibilang, cuaca kala itu di TIP KM 147 cukup sejuk. Mungkin karena habis hujan juga ya?
lintasan whoosh
Sudah jam lima lewat, saya cek titik selanjutnya (untuk Maghriban) yaitu Masjid PLN Rancaekek (sebenarnya sudah masuk Sumedang) sepertinya keburu/memungkinkan ke sana. Perkiraan waktu ke sana adalah sekitar 20 menit.
Perjalanan dari KM 147 lancar. Lanjut ke arah CIleunyi. Kalau lanjut lurus yaitu ruas tol Cisumdawu dan kami keluar di GT Cileunyi. Kemudian masuk ke Jl Raya Rancaekek atau bisa juga dibilang Jl Nasional 3. Di ruas jalan raya setelah GT CIleunyi saat ini sudah ada simpang susunnya dan lebih lancar. Dulu sebelum Tol Cisumdawu selesai, titik ini adalah lokasi kemacetan.
Di ruas jalan ini juga bisa kita temui banyak penjual oleh oleh dan juga makanan. Juga banyak toko senapan angin (air rifle). Ternyata daerah ini namanya Cipacing dan memang terkenal sebagai wilayah pengrajin senapan angin.
banyak
Lanjut ke arah timur, kita juga bisa menemui banyak pabrik di kawasan ini. Terutama pabrik tekstil seperti PT Kahatex dan berbagai pabrik lainnya. Oiya, lalu lintas di sepanjang jalan ini juga bisa dibilang agak berbahaya (yang saya pikirkan) karena gak jarang ada yang lawan arah, ngebut, dan juga penyeberang jalan (tiga lajur cuy, kadang suka gak kelihatan yang menyeberang).
Akhirnya kami sampai juga di Masjid PLN saat waktu Maghrib. Banyak juga pengunjung masjid yang sepertinya pemudik juga. Cuacanya cukup sejuk, dan airnya dingin.
Sampai di sini, bensin mobil saya sisa 3/8 batang (dari Bekasi 7/8 batang). Lanjut isi bensin karena di samping masjid ada pom bensin juga. Mampir juga di RM Ponyo untuk makan malam.
Setelah makan malam, kami pun melanjutkan perjalanan. Kali ini otw Nagreg dengan persimpangan yang cukup legendaris. Mulai banyak keramaian dan bahkan macet.
Di salah satu titik bahkan gak bergerak. Awalnya saya kira macet biasa. Ditunggu-tunggu kok lama banget, bahkan sekitar tiga puluh menit. Wah ini sepertinya kena sistem buka tutup. Soalnya dari arah berlawanan cenderung lancar.
Benar saja. Lalu lintas pun berjalan kembali dan tidak ada (atau ada, tapi sedikit) kendaraan lain dari arah sebaliknya. Dan saat di daerah Malangbong, dekat Cipeundeuy kendaraan dari arah berlawanan yang sedang berhenti (dan dijaga oleh polisi). Intinya perjalanan dari Nagreg-Tasik ditemukan beberapa titik kemacetan dan buka tutup.
Saya juga kurang hafal daerah-daerah mana saja selepas Nagreg. Namun dari yang saya lihat di Maps, urutannya adalah (dari Cileunyi) Rancaekek -> Cicalengka -> Nagreg -> Limbangan -> Lewo -> Malangbong -> Gentong -> Ciawi (saya gak nyampe Tasik Kota).
Akhirnya kami pun sampai di rumah nenek sekitar jam 12 malam.