Mudik Majalengka-Bekasi

Seri terakhir permudikan yaitu rute dari Majalengka ke Bekasi. Gak banyak hal “baru” yang bisa saya ceritakan sih. Perjalanan dari Majalengka dimulai pagi hari, sekitar jam setengah sembilan pagi. Berhenti dulu di Yogya Grand Majalengka untuk membeli perbekalan. Oiya, di Majalengka sendiri belum ada Mal-mal besar seperti di Bekasi. Jadi yang bisa dibilang pusat perbelanjaan terbesar ya Yogya Grand ini. Ada juga Griya (orang Majalengka ada yang bilang Yogya Kecil) dan juga UD.

Yogya Grand Mall ini terletak di Jl. K.H. Abdul Halim, jalan raya utama Kabupaten Majalengka. Banyak instansi seperti DPRD, kantor polisi, markas militer, alun-alun, taman, pertokoan, universitas yang  berada di jalan ini. Jalan rayanya relatif kecil kalau menurut saya, walaupun dua lajur tiap arah.

image host

capture maps seperti biasa

Dari pusat kota Majalengka menuju ke GT Kertajati (Cipali) menuju ke arah barat. Masih cukup jauh, sekitar 18 km. Tapi bisa ditempuh dengan rentang waktu setengah jam (bahkan kurang), gak kaya di Bekasi hehehe.

Dari Jl. K.H. Abdul Halim ke arah barat apabila cuaca cerah minim awan, kita bisa melihat pemandangan Gunung Tampomas yang berada di Sumedang. Kalau lihat ke arah timur, kita juga bisa melihat gunung tertinggi di Jawa Barat, yaitu Gunung Ciremai yang terletak di Majalengka dan Kuningan.

image host

Gunung Tampomas

image host

Gunung Ciremai dilihat dari rumah uwa saya

Selepas dari wilayah keramaian Majalengka, rutenya menuju ke arah Kadipaten. Saya juga menjumpai banyak pemudik, baik yang bermotor maupun bermobil juga ada (dilihat dari banyaknya barang yang dibawa). Inilah yang saya rasa sensasi asik dari mudik.

Di Kadipaten juga bisa dibilang pusat keramaian. Karena ada pasar dan juga agen bus. Saya juga menjumpai banyak pemudik yang menunggu bus di agen bus Primajasa. Mungkin bus juga agak lama datangnya ya karena saat arus balik, rute tol Cipali arah timur ditutup (satu arah ke Jakarta).

Saat sampai di GT Kertajati juga ada plang himbauan/informasi bahwa sedang diberlakukan sistem satu arah ke Jakarta. Saat masuk tol, diarahkan untuk langsung ambil jalur berlawanan alias sebelah kanan. Karena jalurnya di sebelah kanan, maka fasilitas seperti TIP (saya menggunakan istilah ini lagi) yang dapat digunakan adalah sebelah kanan.

Di sistem satu arah ini, tidak bisa berpindah jalur (bukan lajur/lane)Maksudnya, kalau dari awal masuk tol ambil jalur kanan atau kiri, ya sampai keluar tol tetap di situ. Tidak bisa berpindah dari jalur kiri ke jalur kanan dan sebaliknya.

Dan juga hal yang masih belum saya pahami, kalau ambil jalur kanan kan ibarat right hand traffic seperti di Amerika. Nah, kalau lagi cruising di tol ambilnya lajur kanan apa kiri ya? Dan untuk mendahului apakah menggunakan lajur kiri atau kanan ya? Hmm saya juga bingung.

Beberapa kali saya juga beristirahat sebentar di TIP. Lupa saya TIP KM berapa saja. Karena bisa dibilang saya gak terlalu tahan nyetir lama-lama (salah satu faktor juga kenapa Bekasi-Tasik bisa 12 jam lebih wkwk) dan juga ternyata perkuliahan sudah dimulai, walaupun masih dibilang cuma ambil materi saja untuk dipelajari sendiri (dan juga ada pembagian tugas kelompok).

Lanjut dari TIP, kami berkendara lagi di Tol Cipali menggunakan jalur kanan. Kalau jalur normal biasanya yang rusak adalah lajur sebelah kiri (karena sering dilewati kendaraan seperti truk), karena sekarang jalurnya dibalik, maka yang banyak rusaknya adalah lajur sebelah kanan.

Pertengahan perjalanan, saya lihat ada polisi yang ambil bahu jalan tapi berjalan dari arah barat ke timur. Tentu saja dengan kecepatan rendah. Sepertinya lagi sweeping atau patroli barangkali sistem satu arah akan dihentikan. Saat saya lihat di kaca spion juga sudah sedikit mobil yang berada di belakang kami. Apa mungkin di gerbang tol sudah tidak diarahkan ke jalur kanan ya? Dan mobil di belakang saya merupakan sisa-sisa mobil dari TIP? (atau juga karena saya yang terlalu pelan bawa mobilnya ya, jadi ketinggalan yang lain?).

Sistem satu arah berlangsung sampai GT Cikampek Utama. Ke arah Jakarta ternyata masih diberlakukan sisten contraflow atau beberapa lajur arah timur (1-2 lajur) dialokasikan untuk kendaraan ke arah Jakarta. Karena saya awalnya dari jalur kanan, saya sempat bingung. Tadinya mau ambil yang jalur kiri saja, ternyata saya kelewatan gardu tolnya dan ambil gardu di sebelah kanan. Dan akhirnya saya ambil jalur contra flow.

Jalur contra flow ini bisa dibilang lebih ngeri daripada sistem satu arah. Karena tidak semua lajur yang digunakan melainkan berbagi lajur dengan kendaraan dari arah berlawanan. Seingat saya ada dua lajur yang digunakan. Dan juga apabila menggunakan contra flow, kita tidak bisa menggunakan fasilitas seperti TIP.

Dan juga tidak direkomendasikan untuk menyalip di sistem contra flow ini. Saat itu mobil di depan saya cukup lambat, dan juga ada beberapa pengendara lain yang pindah lajur untuk mendahului. Saya juga sempat melihat video (setelah sampai di rumah) bahwa ada pengendara yang pindah lajur dii contra flow dan akhirnya kecelakaan.

Contra flow berlangsung sampai… sesudah jembatan naik ke Tol MBZ (saya lupa KM berapa). Akhirnya kami pindah lagi ke jalur kiri. Sepanjang perjalanan kondisi lalu lintas bisa dibilang lancar. Beberapa kali sempat hujan juga. Dan kami tiba di GT Tambun sekitar pukul 12 siang.

Itu dulu tulisan saya kali ini. Sampai jumpa. Bye.

 

Leave a Comment