Kembali lagi saya ingin menulis pengalaman mudik saya. Bukan tentang kegiatan di rumah nenek, tapi perjalanan berkendara seperti biasa hihi.
Selain ke Tasik, saya dan keluarga juga mudik ke Majalengka. Bagi yang gak tahu Majalengka, bisa dibilang Majalengka ini adalah tetangganya Cirebon. Tapi kayanya sudah lebih banyak yang tahu Majalengka sekarang mah, soalnya sekarang udah ada bandara di daerah Kertajati (Bandara Internasional Jawa Barat).
Saya berangkat dari rumah nenek di Tasik sekitar waktu Dzuhur. Jadi kami cari masjid dulu dan ada satu masjid dengan parkiran dan halaman yang cukup lebar di daerah Tanjungpura, yaitu Masjid Al Barokah.
Untuk suasana (cuaca/suhu) di Tasikmalaya terutama di daerah yang saya kunjungi (bukan Tasik Kota) cukup sejuk dan adem. Gak sepanas Bekasi. Dan juga banyak pesantren disini.
pemandangan jalan pedesaan setelah dari masjid. di arah timur ada gunung sawal
Setelah dari masjid, lanjut perjalanan ke arah timur. Ke arah Jalan Raya Panumbangan. Untuk rute jalan kali ini menurut saya lebih menarik (baca: lebih ekstrim) dari jalur Nagreg-Garut-Tasik karena jalur ini bukan jalan nasional. Jalannya cenderung lebih kecil dan tanjakannya lebih curam.
Di Jalan Raya Panumbangan, kami mengarah ke arah utara. Ikuti panduan Maps dan pilih jalan utama saja. Karena tahun 2023 pernah ambil jalan alterenatif dan jalurnya lebih parah. Kali ini jalanan cenderung lancar.
overview rute
Jika di tampilan maps, kita bisa lihat dari Rajapolah lurus terus itu Jalan Raya Panumbangan. Dan saat rute menyiku ke arah kanan (timur), kondisi jalan mulai lebih ekstrim. Tapi masih bisa dilalui oleh mobil 1000cc seperti yang saya pakai.
Ekstrim yang dimaksud bukan berarti rusak-berlubang-hancur ya. Lebih ke tanjakan yang cukup curam (tapi jalanan rusak juga ada sih). Selama perjalanan saya gak banyak foto-foto juga, jadi bagi yang penasaran lihat aja di street view hehe (saya juga lagi ga pengen attach gambar street view).
Setelah jalanan yang naik-turun, kami pun menyempatkan untuk istirahat di wilayah Jahim. Tepatnya di rest area (lah ga pake istilah TIP kali ini) Puncak Jugul. Ada beberapa spot foto dan parkir di tempat ini. Ada yang di wilayah pepohonan (saya penasaran dengan titik ini) ada juga yang di lapangan kosong dengan pemandangan (saya jadinya ke sini). Kalau di Maps, daerah ini sudah masuk wilayah Majalengka.
masih banyak hutannya
papan nama disponsori oleh Bengkel Las Algifary
Setelah dari rest area, kami pun melanjutkan perjalanan. Saya sempat putar balik juga karena belokannya mengarah ke jalan kecil dan saya terlewat. Rute setelah Puncak Jugul juga ada tantangannya lagi. Karena rute kali ini jalannya lebih kecil dari sebelumnya (kadang hanya bisa lewat satu mobil saja), lewat pemukiman penduduk, lewati daerah persawahan, dan juga perkebunan.
Saat melewati rute ini, jalanannya sepi. Saya tidak melihat rombongan pemudik yang menggunakan mobil (ada beberapa mobil saja). Di Maps sebenarnya ada opsi lain lewat jalan raya, tapi memutar lebih jauh ke arah CIkijing (sekitar 7 km).
Etape selanjutnya adalah Talaga-Maja. Sekitar 15 km dan melalui daerah hutan dan perkampungan. Daerah Maja yang dilewati bisa dibilang mirip dengan Talaga karena melewati alun-alun dan pusat keramaian juga.
mapsnya saya putar. Maja=utara, Talaga=selatan
Di Majalengka ternyata banyak wisata alam yang belum pernah saya kunjungi. Seperti Panyaweuyan dan masih ada lagi yang lain, yang saya temui sepanjang rute mudik kali ini. Etape selanjutnya dari Maja adalah menuju tujuan akhir yaitu ke Majalengka (dekat pusat kota) dan ditempuh dengan jarak sekitar 10-12 km.
Itu dulu tulisan saya kali ini. Sampai jumpa. Bye.