Kali ini saya mau cerita tentang pengalaman saya dulu saat awal kuliah D3 di IPB. Ini juga sudah lama, sekitar… 8-9 tahun yang lalu. Jadi, mungkin banyak bagian yang miss. Di tulisan-tulisan sebelumnya saya juga sering bilang tentang Bogor dan Bogor. Karena memang, pengalaman saya sekitar 3 tahun di Bogor adalah salah satu life event yang berkesan bagi saya.
Oleh ArgoRaung – Karya sendiri, CC BY-SA 3.0, Pranala
Perjalanan saya tentang perkuliahan di IPB ini dimulai sejak tahun 2016 akhir, saat saya masih duduk di kelas 3 SMA. Saat itu pihak sekolah (BK) mengumumkan kalau IPB membuka jalur undangan untuk program D3-nya. Nama program/jalur ini adalah USMI (kalau gak salah singkatan dari Undangan Seleksi Masuk IPB). Jalur undangan ini berdasarkan nilai rapor. Ada cukup banyak siswa yang ikut. Dan saat itu ada jurusan Teknik Komputer yang saya pilih.
Saya tanya ke salah satu teman saya (dimana dia juga suka perkomputeran) apa dia ikut atau tidak. Dia tidak ikut karena lebih minat untuk langsung S1. Sebenernya saya cukup ngeri juga kalau dia ikut, karena technically nilai rapor dia lebih tinggi dari saya.
Seingat saya awalnya pengumuman USMI ini akan terbit saat bulan 02-2017. Namun pengumuman tersebut tidak kunjung terbit. Karena itu, saya juga tetap ikut jalur reguler lain seperti SNMPTN dan SBMPTN.
Saya juga mau cerita tentang dua jalur masuk nasional ini. SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) adalah seleksi masuk dengan sistem nilai rapor. Tidak semua siswa eligible dengan jalur masuk ini. Saya termasuk yang eligible untuk mendaftar.
Dahulu, saya bingung tips pilih jurusan dan kampus. Saya (kalau tidak salah) langsung pilih… IPB (saya lupa pilihan lainnya apa). Yaaa… technically langsung “tembak” IPB dengan nilai yang tidak terlalu cemerlang bukanlah strategi yang pas. Saya pun gagal jalur SNMPTN ini.
Akhirnya saya pun ambil SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri) yaitu jalur tes. Seperti sebelumnya, saya targetkan IPB lagi (pil 1, Ilmu Komputer. pil 2 Arsitektur Lanskap) dan juga Informatika Unsika (Singaperbangsa Karawang). Untuk ujian ini saya belajar cukup keras (efektif? belum tentu) dan juga sempat beli langganan program kursus online. Tempat tesnya di daerah Kota Bekasi, saya lupa nama sekolahnya tapi lokasinya gak begitu jauh dari kantor saya saat ini.
Peserta yang lulus SNMPTN tidak bisa untuk ambil tes SBMPTN (iya dong) karena memang jadwal daftar ulang SNMPTN bertepatan dengan tes SBMPTN. Kalau menolak undangan SNMPTN (kalau lolos), maka (katanya) nanti sekolah dari siswa tersebut bisa di-blacklist untuk mengikuti SNMPTN berikutnya (I’m not really sure about this specifically). Jadi, kalau misalnya memang lolos di jurusan yang tidak sesuai keinginan, (dengar-dengar) trik untuk mengatasi hal ini adalah tetap jalani tahun pertama di kampus tersebut, nah untuk tahun selanjutnya baru pindah kampus (misalnya ikut SBMPTN lagi tahun berikutnya).
Awalnya saya sudah cenderung “merelakan” jalur USMI IPB ini karena sudah lama dari tenggat awal tapi belum ada informasi juga. Namun, pada siang hari (sekali lagi, saya lupa persisnya kapan) ada surat dari IPB. Dan ternyata dari IPB. Alhamdulillah saya diterima masuk IPB. I think that was one of my happiest moment in life. Di waktu yang cukup berdekatan juga saya mendapat kabar bahwa saya juga lolos SBMPTN pilihan Unsika (third choice). Hmm, ada satu yang harus direlakan.
Akhirnya saya memutuskan untuk mengambil undangan USMI IPB dan melepaskan Unsika (tentu dengan konfirmasi ke pihak Unsika). Dari sekolah saya kalau tidak salah ada sekitar 10 siswa yang lolos USMI IPB (tapi pada akhirnya ada juga yang pindah). Kalau menolak SBMPTN beda halnya dengan SNMPTN.
Artinya apa? Artinya saya moved out dari Bekasi dan tinggal di Kota Bogor nantinya. Saya dulu sempat ingin kos. Tapi ada tawaran juga dari Aa saya (sepupu) untuk tinggal bareng (rumah kontrakan). Tapi cerita ini nanti dulu. Kita lanjutkan di tulisan lain aja ya. Bye.