Jakarta-Bekasi-Bogor-Bekasi

Naik motor, mobil, sepeda, atau transportasi umum ada kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Untuk urusan transportasi ke kampus saya lebih sering bawa mobil dibandingkan motor. Bawa mobil keuntungannya bisa masuk tol dan lebih nyaman. Bawa motor keuntungannya bisa lebih gesit kalau macet, dan ongkos operasional (baca: bensin dan servis) lebih murah. Sabtu lalu saya memutuskan mau motoran ke kampus, karena sekalian mau coba motor jarak agak jauh setelah dari bengkel. Jalanan kala itu cukup lancar.

Rute ke kampus saya sebenarnya ada dua pilihan utama. Via Kalimalang ataupun via Pondok Gede (yang mana nembus ke Kalimalang juga). Saat hendak jam pulang, saya kepikiran mau coba jalan lain. Pilihan saya adalah via Pondok Gede namun instead of going north to Kalimalang, saya mau coba dari Pasar Pondok Gede ke arah Timur.

image host

selingan dadakan, baru sadar pas edit: ternyata saya ambil jalan lebih jauh, arah selatan-tenggara kayanya karena saya set tujuannya “Jatiasih” tanpa titik spesifik. dan pas dicoba lagi memang titiknya lebih ke selatan dibanding “patokan” saya yaitu gerbang tol Jatiasih

Saat di parkiran kampus, hujan mulai turun. Lebih ke gerimis sih. Tapi saat lihat langit gak terlalu gelap. Saya pun memutuskan untuk tidak pakai jas hujan. Dan gak lama setelahnya, hujan pun reda (walau ada beberapa bagian langit yang mendung).

Rute via Pondok Gede ini juga melewati beberapa kawasan terkenal seperti Taman Mini (gak lewat persis sih), Embarkasi Haji, dan juga Lubang Buaya. Ternyata masih ada pekerjaan galian yang membuat lalu lintas tersendat. Beberapa pekan yang lalu saya juga pernah kena macet di jalur ini sampai sekitar setengah jam (lagi bawa mobil). Hohoho.

Beres dari daerah Lubang Buaya, gak lama lagi masuk ke wilayah Kota Bekasi. Macet juga loop Pasar Pondok Gede. Ada galian juga, sepertinya proyek yang sama. Enaknya naik motor=bisa selap-selip, tapi panas. Enaknya naik mobil= adem tapi kejebak macet bisa lebih lama. Salah satu alasan saya bawa motor kali ini juga karena saya rasa kalau bawa motor itu bisa lebih “bebas” atau leluasa kalau lagi eksplor tempat baru.

Jujur saya belum pernah lewat jalur tersebut. Saya juga menggunakan aplikasi navigasi untuk rutenya. Sebenarnya rute yang dilalui juga seperti umumnya lingkungan Bekasi-Jakarta, nothing too special. Tapi ada rasa tersendiri saat coba rute baru. “Fitur-fitur” yang saya jumpai di antaranya adalah melewati pinggir jalan tol, masuk ke jalan yang relatif sempit (cukup sih untuk dua mobil), apa lagi ya?

Waktu mendekati waktu Ashar dan saya juga sambil cari masjid yang ada di pinggir jalan. Nah, kelebihan lain dari menggunakan motor adalah kita bisa mampir ke lebih banyak tempat yang mungkin aja gak bisa dilalui atau parkir mobil. Seperti di daerah Jakarta yang banyak gedungnya, cari masjid yang bisa disinggahi dengan mobil (parkiran lega) saya rasa cukup susah. Perlu masuk dulu ke daerah pemukiman, dan kita tahu sendiri banyak pemukiman di Jakarta yang sangat padat.

Setelah melewati beberapa masjid yang tidak jadi saya singgahi (karena sepertinya masih ada waktu untuk cari masjid lain saja), akhirnya saya masuk ke suatu komplek perumahan. Disebut komplek yang “mewah” juga nggak, tapi sepertinya lebih ++ dibandingkan komplek saya tinggal. Mampir di salah satu masjid yang berada di dekat pintu gerbang kluster perumahan yang saya belum tahu namanya.

Masjidnya nyaman, ber-AC, WC-nya bersih, ada kolam ikannya. Saya sempat foto-foto juga in case saya gak pernah mengunjungi masjid ini lagi.

image host

image host

Sampai di sini saya masih belum tahu di mana saya berada. Saat saya lihat plat motor yang parkir,  ada plat Bekasi Kota (B — K**) dan juga plat Bogor. Apakah ini sudah masuk Bekasi Kota? Awalnya feeling saya masih berpikir bahwa ini adalah wilayah Bekasi Kota. Namun saat saya cek Maps…

image host

ilustrasi, capture pas bikin tulisan ini

“Kabupaten Bogor”

Ternyata Kabupaten Bogor memiliki wilayah yang cukup menjorok ke arah utara. Saya lihat di Maps kalau perbatasannya berupa Sungai Cikeas & Cileungsi. Sambil melanjutkan perjalanan, saya lihat lagi di plang dan spanduk lapak/toko yang berada di komplek tersebut dan benar saja kalau daerah tersebut sudah masuk ke wilayah Kabupaten Bogor.

image host

Saya juga kepikiran, kalau warga di sana ada urusan yang mengharuskan pergi ke Kantor Pemkab Bogor, lumayan juga jauh ke Cibinong.

image host

dokumentasi

Gak lama dari sana, saya tiba lagi di Kota Bekasi. Masuk di jalan raya Bantar Gebang/Narogong (Jl. Siliwangi). Melewati temmpat-tempat seperti Pasar Bantar Gebang dan RSUD Bantar Gebang (tadinya Puskesmas Bantar Gebang). Jalur ini juga jadi jalur yang sering saya lewati kalau pulang dari Bogor (kalau pulang malam atau lagi gak pengen lewat Setu). Di jalur ini bisa dibilang ngeri karena banyak truk besar yang lewat jalur ini (cek juga tulisan saya yang ini).

Saya sempat mikir “lewat jalan utama atau nggak ya?” (jalan utama: Cipendawa-Pekayon). Akhirnya saya ambil jalan ke arah Vida-Zamrud biar bisa “jalan-jalan” dan biar gak membosankan. Akhirnya perjalan-jalanan saya berlanjut. Di segmen ini bukanlah rute yang asing karena tempat tinggal kakak saya juga sekitaran sini.

Akhirnya sampai di rumah sekitar jam 5 sore. Berangkat dari kampus sekitar jam dua, perjalanan sesi satu (sampai istirahat Ashar) selama sekitar satu jam, istirahat dan salat Ashar sekitar 40 menit, lanjut perjalanan ke rumah sekitar satu jam lebih. Lama? Tentu. Capek? Ya. Seru? Lumayan menyenangkan. Jalan-jalan lagi next time? Big chance. Sampai jumpa di tulisan lainnya. Bye.

Leave a Comment