Sepeda Bocor

Hari ini (tulisan ini dibuat pada tanggal 27/12) hari “kejepit” setelah libur tanggal 25-26. Tapi manajemen kantor memutuskan WFH untuk hari ini. Lumayan.

Belakangan ini saya lagi rutin gowes lagi, dan mau nyempetin gowes pagi sebelum mulai kerja. Siap-siap sudah isi air minum dan lanjut gowes.

Sudah mau arah keluar gerbang komplek (ga ada gerbangnya deng hehe), saya baru sadar kalau saya lupa bawa air minumnya. Saya cari rencana rute lain, agar gak terlalu capek (tadinya mau ke arah Buwek-CBL-Wanasari, lewatin dua jembatan layang). Saya pun memutuskan mau ke Mangunjaya atau keliling Wanasari aja.

Di daerah Buwek, tepatnya di SD Putradarma (sekolah saya dulu) saya sepertinya melewati jalan yang rusak dengan agak kencang. Dan, terjadilah. Sepeda goyang karena ban bocor (hampir) seketika. Saat pertama beli sepeda ini dulu, dan dibawa ke kantor (pertama kali B2W ke kantor pakai Phantom merah ini) juga sempat bocor di jalan.

Semenjak kejadian sepeda saya bocor, saya jadi sedia ban dalam cadangan dan beberapa toolkit termasuk pompa. Kalau dihitung-hitung sepertinya insiden bocor ini sudah lebih dari tiga kali saya alami. Mungkin karena ukuran ban yang tipis (20 x 1 ⅛, tipisnya mirip ban road bike). Ukuran ban ini juga kurang populer, sehingga harganya cenderung lebih mahal dari ban lain (ukuran ban yang lebih umum itu 20 x 1.50 (406- 20 murni) dan 20 x 1 ⅜ (451- 20 plus)). Tekanan ban juga harus diperhatikan, karena ban yang kurang angin lebih beresiko mengalami kebocoran. Ban yang saya pakai butuh tekanan (optimal) 100psi. Gede banget kalau dibandingkan mesin pompa Shell yang “disarankan” maksimal 40psi.

Saya minggir dan coba pompa ulang bannya. Pompa-(hampir) langsung kempes lagi. Karakteristik ban tubetype. Tidak seperti ban tubeless di motor ataupun mobil yang kalau bocor (apalagi bocor halus), gak langsung flat lagi. Sepeda (mahal) juga banyak yang mulai menerapkan ban tubeless. Saya juga coba kontak temen dan orang rumah kalau saya ada kejadian wkwk.

Di lokasi bocor saya kali ini, ada toko sepeda di seberang sekolah. Saya sedang tidak bawa dompet, dan saya mau coba ganti dulu bannya (sendiri). Hampir semua sepeda (low end) sekarang sudah pakai quick release di as rodanya. Sehingga lebih memudahkan dalam lepas-pasang roda. Saya bawa ban cadangan dan pompa. Tapi ada salah satu alat yang gak saya bawa. Yaitu cungkil ban. Saya ngide dan coba pakai obeng min. Susah sih, tapi akhirnya ban luar bisa terlepas dari velg.

image host

Coba buka ban dalam baru, pasang di ban luar (yang waktunya ganti juga, dinding ban sudah mulai mengelupas), dan coba pasang di velg. Alhamdulillah bisa terpasang tanpa per-obengan (walaupun perlu dirapihkan juga biar pas posisinya). Pump-pump-pump dan setelah dirasa cukup (gak full pompanya karena dinding ban luar sudah mulai mengelupas.

Lanjut gowes pulang sekitar jam tujuh. Gak kenceng-kenceng karena takut bocor lagi (cadangan ban saya udah habis). Sampai di rumah sekitar jam 7.20, masih sempat beberes dan persiapan briefing pagi.

Pelajaran apa yang bisa diambil dari cerita kali ini? Ada beberapa yang (mungkin) juga bisa diterapkan di hal-hal non gowes.

  • Persiapan peralatan yang akan digunakan. Mulai dari botol minum, toolkit, ban dalam, uang cash (bengkel pinggir jalan biasanya belum bisa pakai QRIS. Kalau seperti Rodalink atau Serba Sepeda kayanya bisa). Lampu juga bisa digunakan walaupun siang hari, agar dapat lebih mudah dilihat oleh pengendara jalan lain.
  • Skill dasar persepedaan seperti ganti ban, potong-sambung rantai (saya belum bisa), pasang rantai lepas dan skill lainnya akan bermanfaat di situasi seperti ini. Saya juga belajar ganti ban dari youtube hehe. Belum tentu juga teman dekat/orang rumah bisa tersedia saat terjadi kendala.
  • Hapal lokasi bengkel sepeda. Kalau ada kendala yang major dan gak bisa ditangani sendiri, akan lebih memudahkan kita dalam mendapatkan bantuan darurat/sementara kalau kita tahu spot-spot mancing perbaikan sepeda.
  • Ride carefully. Periksa kondisi sepeda sebelum berangkat, juga perhatikan kondisi jalanan. Baik kondisi jalan “literally” ataupun situasi lalu lintas. Jalanan jelek terlebih untuk sepeda dengan ban tipis dan non suspensi bisa meningkatkan risiko ban bocor. Sangat disarankan juga pakai helm sepeda (apalagi saya pernah jatuh dan faceplant).
  • Perhatikan kondisi sekitar saat sedang melakukan perbaikan. Jangan stop di tempat yang rawan seperti di pinggir jalan yang ramai, tempat yang mecurigakan dan sebagainya. Jaga juga barang bawaan agar tidak hilang (termasuk perintilan seperti valve cap, baut, atau objek kecil lainnya) apalagi kena rampok.
  • Gabung komunitas. Bisa jadi sarana sharing mengenai berbagai hal dan juga bisa digunakan untuk “minta bantuan” kalau terjadi keadaan darurat (asal jangan join biar dapet bantuan aja hehe). Perkara ban bocor dan minta tolong gantiin ban aja sih malu cuy wkwk
  • Clean and maintain the bike regularly. Salah satunya adalah menjaga rantai agar tetap bersih. Karena rantai apabila diberi minyak rantai (chain lube) terlalu banyak dan jarang dipantau, lama kelamaan bisa jadi “magnet” kotoran dan jadi hitam (seperti oli) dan kalau terkena tangan bisa susah dibersihkannya.

Itu dulu tulisan saya kali ini mengenai pergowesan. Sampai jumpa. Bye.

Leave a Comment