Saya mau cerita pengalaman masa lalu. Saya juga sambil coba ingat-ingat lagi karena minim dokumentasi (di hp lama dan gak sinkronisasi ke Drive). Jadi mungkin banyak yang gak akurat atau misleading.
Dulu pas saya masih sekolah, saya pernah berpikir mahasiswa itu identik dengan demonstrasi atau aksi unjuk rasa. Waktu itu, tahun 2019 ada suatu isu yang jadi perbincangan. RKUHP.
Sebenarnya saya gak terlalu paham tentang detail isu apa saja yang jadi permasalahan. Ada info yang berseliweran juga diantara para mahasiswa kalau dari kampus kami (pihak BEM sepertinya) juga akan berangkat untuk ikut aksi tersebut.
Saya sempat mikir, ikut ga ya? Saya dulu bukan orang yang sangat aktif berorganisasi (tapi bukan mahasiswa kupu-kupu juga). Karena yaa saya kurang paham dengan detail substansi atau materi yang akan “didemokan” tapi saya pikir juga “masa sih jadi mahasiswa gak pernah ikut demo?”.
Saat hari H paginya sekitar jam 8-9an saya masih ada kelas. Kalau tidak salah mata kuliah jaringan di labkom. Pihak kampus juga mengetahui ada rencana aksi ini. Dosen saya yang sedang mengajar jaringan pun mempersilahkan apabila ada mahasiswa yang ingin ikut aksi.
Sebenarnya di siang hari masih ada kelas. Tapi “jatah bolos” saya untuk kelas tersebut masih ada jadi…
Saya sempat diskusi dengan beberapa teman dekat saya. Ada yang gak ingin ikut dan kami bertiga (Saya, F, dan M) memutuskan untuk ikut.
Gak jadi bareng rombongan BEM dan jadinya kami bertiga “nyusul” ke lokasi tujuan. Gedung DPR dan stasiun terdekatnya yaitu Palmerah.
Kalau tidak salah kami menuju Stasiun Bogor sekitar jam 1 siang. Motoran ke stasiun. Bertemu dengan mahasiswa lain yang ingin ikut aksi juga di kereta.
Dulu rute KRL belum seperti sekarang. Rute ke Palmerah dulu transit di Tanah Abang. Dulu dari Bogor ada rute yang langsung ke Tanah Abang.
Kami tiba di Stasiun Tanah Abang sekitar jam 4 sore. Tahun 2019 juga Stasiun Tanah Abang belum serapi sekarang. Kami Shalat Ashar terlebih dahulu. Wah dengan pengunjung sebanyak itu (udah banyak banget mahasiswa dari berbagai kampus) dan mushola yang kecil, bisa dibayangkan…
Lanjut kami ke bawah untuk menuju ke kereta selanjutnya. Peron penuh, kereta penuh. Dulu saya masih belum terlalu paham rute kereta hehe.
Kereta pun sampai di Stasiun Palmerah. Kali pertama nih saya ke Stasiun Palmerah. Dulu biasanya yaa rute saya Cibitung-Manggarai-Bogor hehe.
Di peron dan concourse penuh banget. Hampir semuanya mahasiswa. Mau tap out tetep susah. Ada yang ngarahin juga. Mahasiswa, tapi saya kurang ingat mahasiswa dari mana.
Rombongan pun dipandu turun/keluar dari stasiun menuju jalanan. Sempat beberapa kali bolak-balik. Sekitar jam 5 para mahasiswa duduk berbaris di dekat jalan menuju suatu gerbang. Sambil mendengarkan orasi dari panitia aksi.
Banyak mahasiswa yang bawa tulisan-tulisan. Seperti unjuk rasa pada umumnya.
Sempat juga diarahkan jalan lagi. Nah disinilah ada suatu insiden yang.. akhirnya saya mengalaminya. Gas air mata. Saya gatau pemicunya apa, mungkin ada yang ricuh/susah diatur petugas keamanan, dan ada gas air mata yang dirilis. Perih cuy.
Saat aksi ini juga sinyal ponsel susah didapat. Ada rumor-rumor kalau aksi ini sengaja “disabotase” agar tidak bisa komunikasi. Yaa saya gak tau itu benar atau tidak. Atau memang normal apabila banyak orang di tempat yang sama menyebabkan sinyal ponsel jadi sulit?
Hari pun semakin gelap. Magrib. Kami dan banyak mahasiswa lain pun shalat Maghrib terlebih dahulu. Sambil istirahat, ngobrol-ngobrol dan lainnya.
Karena lapar, kami pun cari makan. Ada berbagai penjual makanan. Kami pun beli nasi goreng. Makan di pinggir jalan.
Oh iya. Saya baru ingat pas lagi nulis tulisan ini. Mungkin diluncurkan gas air mata untuk “stop” aksi. Karena seingat saya kendaraan mulai banyak yang bisa lewat. Hmm.
Sekitar jam 8an kami bingung. Massa sudah mulai berpencar. Gak terlalu terorganisir. Ada insiden peluncuran gas air mata lagi. Jalanan ditutup lagi. Cukup chaos. Kereta juga sempet stop/berhenti operasi. Kami bertiga sebenarnya memutuskan untuk lanjut pulang ke Bogor. Sebagian mahasiswa ada yang pulang dan juga ada yang masih di lokasi aksi.
Saya sempat chat ibu saya pas insiden ini. Sinyal susah juga. Ibu saya jelas khawatir
Akhirnya jam 8an kereta tiba. Perjalanan pulang ke Bogor cukup normal. Namun pas saya cek hp di grup/media sosial, ternyata gak lama setelah saya naik kereta ada suatu insiden (lagi) yang cukup heboh.
Saya lihat ada foto/video dimana gas air mata diluncurkan di stasiun. Wah parah juga. Alhamdulillah kami sudah duluan pulang ke arah Bogor. Mungkin tindakan dari petugas keamanan untuk “menghentikan” aksi unjuk rasa ini. Tapi gimana ya? Kami sampai di Stasiun Bogor sekitar jam 10 malam dengan selamat.
Wahh. Pengalaman yang bagi saya cukup menegangkan. Belakangan ini saya mulai ingat ternyata banyak juga pengalaman pribadi saya di masa kuliah yang kayaknya menarik untuk diceritakan. Ternyata hidup saya waktu itu not that flat.
Gitu aja dulu tulisan saya kali ini. Sampai jumpa, bye~